Minggu, 26 April 2015

Gempa Susulan 6,7 SR Nepal

Sehari setelah diguncang gempa berkekuatan 7,8 sr, gempa susulan berkekuatan 6,7 skarichter terjadi lagi Minggu (26/4) pukul 1 siang waktu Nepal. US Geological Survey melaporkan pusat gempa berada 80 km timur kota Katmandu. Kementerian Dalam Negeri Nepal sampai Minggu petang telah mengonfirmasi jumlah korban tewas akibat gempa mencapai 2.263 jiwa dan 5.900 orang luka-luka.
Seperti dilaporkan koresponden New York Times di Katmandu, Thomas Fuller, saat terjadinya gempa susulan warga berada dalam keadaan panik. Mereka berhamburan keluar rumah dan berkumpul di jalanan dan tempat-tempat terbuka. Genpa susulan ini seperti memperkuat rumor yang mengatakan gempa-gempa susulan akan kembali datang.   
Di kota Katmandu, puluhan ribu warganya memenuhi jalan-jalan kota, taman, halaman gedung pemrintah  atau halaman sekolah untuk mengamankan diri. Mereka adalah warga yang kehilangan rumah atau tak ingin kembali ke dalam rumah karena kuatir dengan gempa susulan berikutnya. Warga membuat tempat bernaung sendiri dengan tenda seadanya atau tanpa tenda sekalipun. Rumah sakit pun kelebihan pasien dan memilih melaukan perawatan di luar bangunan rumah sakit.
Sementara itu,  pemerintah Nepal mulai menyiapkan 16 posko resmi di penjuru Katmandu dan beberapa wilayah di luar kota sambil terus melanjutkan proses evakuasi. “Posko ini dibuat untuk memudahkan pendistribusian air bersih, makanana dan obat-obatan, “ ujar Laxmi Prasad Dhakal, Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal.
Subbash Gimmire, Pemimpin Redaksi koran Nepal 'Republica', yang mengontak keluarganya di desa Gorkha yang berpenghuni 3.OOO orang,  mengatakan,"tidak ada satu rumahpun yang tersisa di desa ini, termasuk rumah saya."
Efek gempa juga mengakibatkan terjadinya longsoran salju di Pegunungan Everest. Operasi evakuasi bagi para pendaki menggunakan helikopter mulai dilakukan sejak hari Minggu pagi untuk membawa turun pendaki yang luka. Longsoran salju menyebabkan 18 pendaki tewas dan 41 lainnya luka-luka. Sementara masih ada sekitar 800 pendaki yang tetap tinggal di base-camp di kaki gunung dan di lokasi yang lebih tinggi.
Menyikapi musibah gempa di Nepal, Aksi Cepat Tanggap (ACT) langsung merespon dengan segera mengirimkan tim advance Global Humanity Response (GHR) yang dberangkatkan Senin (27/4) malam dari Jakarta menuju Nepal. “Tim akan melakukan assessment awal  dan melakukan aksi relief sesuai dengan kebutuhan prioritas warga Nepal pascagempa. Sudah kami siapkan juga Tim kedua plus Tim Medis, yang akan segera berangkat di kesempatan pertama Bandara Katmandu dibuka nanti. Bismillah mohon doa dari warga Indonesia semoga misi kami berjalan lancar, dan mari kita berikan empati kita untuk saudara-saudara kita di Nepal,” ujar Senior Vice President ACT, N. Imam Akbari, Minggu malam. (bbg/dbs)

Gempa Nepal

Sabtu, 25 April dunia berduka. Gempa 7,9 SR mengguncang Nepal dan getarannya terasa hingga di India, China juga Bangladesh. Pusat gempa di dekat Kathmandu, ibukota Nepal dan kota Pokhara. Lalu datang gempa susulan Minggu 26 April pukul 1 siang waktu Nepal, Minggu siang berkekuatan 6,7 SR. Pusat gempa berada 80 kilometer timur kota Kathmandu. Menurut NY Times, gempa susulan ini menambah jumlah kroban tewas menjadi 2.263 jiwa, dan korban luka 5.900 orang.
 
‎Tak ada kepedihan yang sangat--sebagaimana dunia tersentak menghadapi tsunami Aceh Desember 2004--kecuali ia mengundang kepedulian dan bergegasnya dukungan konkret untuk para korban. Kerusakan akut, bisa disimpulkan membuat pemerintah Nepal, ketika Ibukota pemerintahannya juga dihentak gempa, menjadi tak berdaya. Pemerintah menyuarakan permintaan bantuan kepada dunia. Kita di sini juga mendengarnya, dengan atau tanpa permintaan resmi.
 
Di Kathmandu sendiri, puluhan ribu warganya memenuhi jalanan kota, membuat shelter-shelter mandiri. Pemerintah setempat sudah menyiapkan 16 Posko Bantuan di penjuru Kathmandu. "Posko ini dibuat untuk memudahkan distribusi air bersih, makanan dan obat-obatanan bagi warga yang selamat," kata Laxmi Prasad Dhakal, jubir Kementerian Kementerian Dalam Neger Nepal, sebagaimana dikutip NY Times.
 
‎Merespon hal itu, ACT segera menyiapkan tim. "Tim pertama, dua orang, untuk menyampaikan bantuan darurat obat-obatan, pangan dan sandang. Tim  berangkat paling lambat Senin malam," ungkap Presiden ACT, Ahyudin. Sembari melepas tim, ACT mengedukasi rakyat Indonesia untuk unjuk peduli, berdoa dan mengulurkan bantuan konkret sebagaimana banyak bangsa humanis di seluruh dunia membantu kita saat tsunami. "Tim pertama kami bekali bantuan senilai 300 - 500 juta rupiah, yang akan disalurkan bertahap sesuai kondisi di lapangan," Ahyudin melengkapi.
 
Dua orang yang dikirimkan kali ini, Wahyu Novyan-yang kini memimpin Disaster Management Institut of Indonesia/DMII - ACT dan Bambang Triyono yang kini memimpin Media Development Management - Direktorat Komunikasi ACT. "‎Keduanya dipandang pas, akan saling melengkapi dalam peran mengelola situasi dan bantuan kemanusiaan. Berbekal pengalamannya, keduanya didorong bersinergi dengan segenap elemen terutama elemen lokal, mengoptimasi bantuan yang ada," jelas Senior Vice President ACT, N. Imam Akbari. Imam menambahkan,"Kami coba jalin hubungan dengan Home Minister Nepal, semacam kementerian dalam negeri, selain membuka jalur sinergi dengan rekanan sejumlah Lembaga nonpemerintah Nepal yang pernah kita temui." Menilik situasinya, ‎’ACTion Team for Nepal’ kata Imam, akan bertolak ke India dulu mengingat Bandara Kathmandu masih ditutup sampai waktu yang tak ditentukan. Demi kemanusiaan, sejumlah skenario menunaikan bantuan akan dijajaki. "Termasuk menjajaki perjalanan darat, meski penuh risiko," jelas Imam.