Rabu, 20 Mei 2015

Ancaman Bencana Banjir

Banjir Gobogan
                                        Ancaman Bencana Alam Banjir
Ditilik secara geografis, alam Indonesia berada dalam dalam iklim tropis khas wilayah kepulauan, dengan dua musim yang saling bergantian hadir di tiap tahunnya: musim panas dan musim hujan. Ragam ciri menampakkan wujudnya ketika perubahan musim saling beralih. Dari mulai perubahan cuaca, suhu wilayah, dan arah angin yang kemudian akan mempengaruhi pergerakan awan hujan yang ekstrim. Perubahan dua musim yang rutin ini akan membawa risiko akan hadirnya bencana alam banjir dan kekeringan.
Berdasar catatan para periset bencana alam di Indonesia, wilayah Indonesia yang berada dalam ancaman nyata banjir ada di wilayah pantai timur Sumatera bagian utara, pantai utara Jawa bagian barat, Kalimantan bagian barat dan selatan, Sulawesi Selatan dan Papua bagian Selatan. Beragam wilayah Kota besar yang minim wilayah resapan air pun punya potensi yang besar terdampak bencana banjir, seperti contohnya: wilayah Jakarta, Semarang, Banjarmasin, serta area sekitar Sungai Bengawan Solo.
Berdasarkan pada sumber dan penyebabnya, air yang melimpah dan meluap menjadi banjir dapat dikategorikan berdasarkan pada tiga sumber:
  1. Banjir karena melimpahnya air hujan yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air di suatu wilayah, baik itu sistem pengaliran air yang terbentuk secara natural berupa aliran sungai, maupun sistem drainase buatan manusia.
  2. Banjir akibat meluapnya sungai karena meningginya gelombang air laut ketika terjadinya badai atau pasang laut
  3. Banjir akibat kegagalan teknologi pembangunan manusia dalam membendung limpahan air di bendungan, tanggul, maupun wilayah resapan air seperti waduk dan pengendali banjir lainnya.
Ancaman bencana alam yang mewujud pada fenomena banjir biasanya terjadi pada musim penghujan. Ibukota Jakarta menjadi daerah utama yang selalu menjadi sorotan tiap tahunnya ketika banjir melanda di awal musim penghujan. Curah hujan tinggi yang biasanya muncul tiap awal tahun selalu menjadi kekhawatiran berlebih bagi ribuan masyarakat majinal yang tinggal di pesisir aliran sungai yang melintas di Jakarta. Ketika curah hujan meningkat drastis di atas normal, sistem pengairan air di Jakarta tak siap menampung limpahan air hujan dari wilayah hulu di Bogor hingga kemudian mengalir deras melalu sungai dan anak sungai yang berujung di pantai pesisir utara Jakarta.
Fenomena banjir yang melanda kota besar di negeri ini pun rata-rata disebabkan oleh akumulasi permasalahan pengelolaan aliran air. Mulai dari daya tampung wilayah resapan air yang kurang, penyempitan sungai akibat sedimentasi maupun penyalahgunaan lahan bantaran sungai, hambatan sampah-sampah yang menggunung di aliran sungai, hingga penggundulan hutan di wilayah resapan air hujan.
Akibat intensitas terjadinya bencana banjir serta jalan keluar masalah pencegahan banjir yang sulit ditemui jalan keluarnya, beberapa wilayah langganan banjir di negeri sudah acap kali mengaku pasrah dan tabah ketika rumah dan harta bendanya terendam banjir. Sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas tiap tahunnya, terutama bagi sebagian besar wilayah bantaran sungai di ibukota. Ancaman bencana banjir tak dianggap sebagai masalah serius bagi mereka warga bantaran sungai di ibukota.
Namun apapun tanggapan terhadap fenomena banjir, bencana alam itu patut untuk diwaspadai. Tak ada ruang abai untuk membiarkan fenomena bencana mengancam jiwa dan harta benda masyarakat.
SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar