Kamis, 11 Juni 2015

Bencana Akibat Kerusakan Lingkungan Mengintai Belitung

Kabupaten Belitung serta Belitung Timur, dua wilayah yang berada di Kepulauan Belitung sudah sejak tahun Belanda dahulu tersohor sebagai wilayah utama penambangan timah. Terutama di wilayah Belitung Timur yang beribukota Manggar. Lokasi fenomenal sebagai tempat novel Laskar Pelangi.

Kini keindahan Belitung telah berada dalam fase kritis. Marak pihak menilai, situasi Belitung Timur sudah berada dalam kerusakan alam yang masif akibat penambangan yang makin tak terkontrol. Kerusakan ekosistem lingkungan ini bakalan mengancam akibat beraneka bencana alam.

Kerusakan ekosistem yang semakin fatal di wilayah Belitung pun akhirnya telah memaksa pemerintah setempat bakal menekan aktifitas pertambangan. Kini sektor pertambangan timah sebagai pekerjaan utama warga Belitung perlahan telah diubah menjabat sektor pariwisata, pertanian, dan perikanan.

Kerusakan ekosistem yang makin tak terkontrol di wilayah Belitung sedikitnya telah memicu dan menimbulkan banyak sekali efek bencana. Mulai dari kebakaran hutan, banjir bandang, rob, tanah longsor, kabur embun, sampai-sampai ancaman bencana gempa bumi & bukit meletus dari arah lembah Krakatau di Selat Sunda.

Dari sekian marak formasi bencana alam yang mengancam Belitung tersebut, banjir bandang dan tanah longsor membuat dua kategori yang paling dicemaskan terjadi di wilayah ini. Di Belitung, kerusakan lingkungan telah menjelma problem yang serius. Andaikan dilihat dari udara, bisa dilihat dari mata kepala sendiri macam mana lingkungan telah hampir habis dibabat oleh areal pertambangan. Menyisakan danau serta rongga-lubang di di tanah sisa dari pertambangan timah. Satu wilayah yang berada dalam situasi amat mengkhawatirkan ada di Kulong Kaolin, Desa Perawas, Tanjungpandan, Belitung. Di wilayah ini, sisa pertambangan timah terang tampak dari danau buatan yang terbentuk risiko pengambilan tanah dalem jumlah masif.

Pembakaran hutan untuk membuka wilayah tambang, pertambangan timah ilegal, penggunaan bom ikan yang merusak terumbu karang serta areal hutan bakau dahulu memang sering dilakukan masyarakat Belitung di kehidupan sehari-hari. Aktvitas yang amat merusak tersebut terus berjalan sampai-sampai puluhan tahun. Kini, dampaknya terang tampak. Catatan BPBD wilayah Belitung seperti yang dilansir oleh portal Bangkanews memperlihatkan angka 267 kali bencana alam yang terjadi atas 2014 lalu. Catatan bencana tersebut memiliki rincian: banjir bandang dan rob 20 kali kejadian, tanah longsor 24 kali kejadian, angin kencang 26 kejadian, & kabut asam risiko kebakaran hutan 13 kali kejadian.

Nyata sudah betapa ekosistem lingkungan di Belitung sedang dalem fase yang kritis. Pengurangan aktifitas yang telah mengacaukan lingkungan harus terus diusahakan. Jangan hingga keserakahan manusia menurut perlahan menenggelamkan Belitung diantara ratus tahun nanti. (CLA)
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar