Senin, 15 Juni 2015

Ratusan Sungai Jateng Tercemar: Ancam Bencana Banjir


Tidak bakal dipungkiri, sungai merupakan suporter roda kehidupan. Sungai yakni ruang peradaban bermula. Ribuan th peradaban manusia itu bermula dari aliran sungai akbar dunia. Tidak tidak cuma peradaban di Pulau Jawa, aliran sungai yg mengalir dari hulu ke hilir di Jawa yaitu pusat peradaban perdana kali bermula. Histori kerajaan era dulu juga mencatat bahwa nama-nama kerajaan gede macam Majapahit, Kediri, Tarumanegara, dll. berawal dari derasnya sumber manfaat yg bakal diperoleh dari aliran sungai.

Tetapi sekarang, kenyataan tersebut makin miris buat diakui. Beberapa Ratus aliran sungai di Pulau Jawa telah tidak pantas lagi jadi sumber kehidupan. Alirannya bagaikan genangan sampah & limbah berbahaya. Daerah aliran sungai tidak ubahnya juga sebagai pemasok sampah. Imbasnya bantaran sungai makin mengecil & menyempit. Saat keseimbangan lingkungan sungai semakin tidak berdaya dihancurkan oleh tangan-tangan manusia, sehingga sungai bakal memberikan ancaman nyata bencana tanah longsor & banjir.

Kenyataan tersebut kelihatan terang wilayah Propinsi Jawa Tengah. Sampai kini, jumlahnya 136 sungai yg mengalir rata di seluruh kota di jateng sudah tercemar & berada dalam keadaan kritis. Fakta tersebut di sampaikan oleh Sudarto, satu orang pakar lingkungan dari Kampus Diponegoro seperti yg dilansir dari page Tempo.co

Pencemaran limbah sudah memberikan kerusakan hebat di beberapa ratus sungai di Jawa Tengah. perihal ini terlihat terang berlangsung akibat pembuangan limbah industri & limbah domestik dari pemukiman yg tidak serasi tempatnya. Padahal nyata-nyatanya tidak sedikit industri di Jawa telah berlangsung dengan cara mutakhir dalam urusan instalasi pengolahan limbah, tetapi yg berjalan justru sebaliknya, limbah konsisten terbuang di sepanjang aliran sungai & imbasnya yakni angka kejadian bencana banjir yg semakin meningkat tiap tahunnya.

Tidak cuma dari industri, limbah busuk & berbahaya yg mengalir sepanjang aliran sungai di Jawa Tengah serta berasal dari permukiman. Pantas dipercaya bahwa sebahagian agung penduduk di Jawa memang lah belum mengenal technologi pengolahan limbah sama seperti negara-negara maju. Imbasnya, hujan lebat sebentar saja sanggup jadi banjir, meluapkan sungai seketika dikarenakan sudah rusaknya keseimbangan sungai. Air sungai pula tidak mampu diperlukan sbg penyangga kehidupan penduduk disekitar aliran sungai.

Masalah lain serta muncul disaat keseimbangan sungai telah begitu terkikis, bukan tidak bisa jadi bencana longsor atau pergerakan tanah di sekian banyak aliran sungai yg mempunyai tebing lumayan tinggi bakal berikan ancaman lain.

Sekian Banyak bln silam, (27/4) bencana longsor tebing sungai menerjang perbatasan Dukuh Plosorejo dgn Dukuh Malangan, Desa Kalimacan, Kalijambe, Sragen. Tebing setinggi empat m di pinggir Sungai Malangan ambrol sepanjang 12 m sesudah diguyur hujan deras. Longsoran tebing sungai memang lah tak dengan cara serentak berjalan akibat resiko pencemaran, tetapi Perubahan masif terhadap Daerah Aliran Sungai sudah nyata menyebabkan tidak sedikit kerugian. Janganlah hingga keadaan sungai yg telah begitu kritis di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah tidak jadi prioritas pencegahan bencana. Strategi paling baik mesti serta-merta dipikirkan, sungai itu juga sebagai sumber kehidupan bukan berubah fungsi jadi sungai sumber bencana.(CAL) 
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar