Rabu, 03 Juni 2015

Kepadatan Penduduk Jakarta jadi Biang Keladi Bencana Banjir

Banjir JakartaSilahkan Anda sebutkan wilayah mana di Ibukota yang masih menjadi taman asri atau bahkan hutan asri dan digunakan sebagai daerah resapan air? Tentu luasannya sangat tidak sebanding dengan beban Kota Jakarta yang diperuntukkan bagi lahan hunian dan perkantoran. Logikanya jelas, pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkontrol akan berbanding lurus dengan permintaan lahan bagi rutinitas ekonomi dan penunjang kehidupan.
Bayangkan, dua belas juta tujuh ratus ribu jiwa penduduk Jakarta yang tercatat di pagi hari, dan sembilan juta sembilan ratus ribu jiwa pada malam hari. Itulah gambaran kasar total penduduk Jakarta menurut data terakhir Pemerintah Provinsi Ibukota di tahun 2014. Dua belas juta kepala yang mengisi kota Jakarta setiap harinya, beradu sesak, dan berbagi emosi dalam himpitan 664 ribu km2 luasan Ibukota.
Maka dari itu, tak aneh apabila Ibukota menjadi wilayah langganan bencana banjir. Secara umum Jakarta secara geografis memang terletak pada dataran rendah tanpa perbukitan sama sekali, bahkan beberapa wilayah Jakarta di bagian utara memiliki ketinggian tanah lebih rendah daripada air laut, hal ini yang menyebabkan Jakarta dahulu kala ketika zaman pra Kemerdekaan pembangunan kotanya berkiblat pada negara Belanda, satu negara yang juga wilayahnya sebagian besar berada lebih rendah daripada permukaan laut.
Kondisi permukaan tanah Jakarta yang rendah ini diperparah oleh sangat terbatasnya lokasi resapan air. Lahan resapan air disulap total menjadi wilayah hunian pemukiman dan perkantoran. Ditambah pula oleh buruknya sistem drainase yang sudah sejak dulu dibangun. Aliran got dan selokan entah mengapa selalu terus menerus mampat dan tak berfungsi maksimal.
Makin diperparah pula oleh 9 juta total penduduk Jakarta yang menetap yang berperilaku amat gemar membuang sampah sembarangan. Bayangkan 7000 ton adalah angka produksi sampah yang dihasilkan penduduk Jakarta setiap harinya!
Sampah yang tak terangkut ke pembuangan akhir akan menggenang dan hanyut di kali yang melintas ibukota Jakarta. Tak ayal, jika hujan deras melanda. Tak butuh waktu lama bagi Ibukota untuk lekas terendam banjir, dari yang hanya sebatas genangan air di jalan-jalan ibukota hingga jalan raya yang berubah wujud menjadi bak aliran sungai, dengan kedalaman lebih dari 2 meter.
Makin liarnya pertumbuhan penduduk di Ibukota pun berdampak buruk bagi lingkungan bantaran sungai. Tiga belas sungai atau Kali yang menjalar di Ibukota antara lain Kali Angke, Pesanggrahan, Ciliwung, Cipinang, Buaran, Sunter, Cakung dll penuh sesak oleh rumah-rumah liar yang dibangun seadanya persis di pinggir sungai. Semakin menggerus dan mempersempit lebarnya Daerah Aliran Sungai.
Akibatnya jelas, daya tampung sungai semakin habis tergerus, hujan sejenak saja mampu membanjiri Ibukota. Bencana banjir tak dapat dipungkiri sudah menjadi bagian dari kehidupan Jakarta. Banjir, kepadatan penduduk dan Jakarta. Tiga entitas yang tak pernah bisa dipisahkan, entah sampai kapan. (ijal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar